Saudaraku, ingatlah banyak penderitaan dan persoalan yang kita hadapi muncul dari dalam diri kita sendiri akibat watak manusiawi sebagai mahluk yang terbatas dalam kemampuan fisik maupun bathin, terbatas dalam ilmu dan pengalaman.
Kadang kita tidak menyadari ketika melakukan tindakan salah dan keliru, setelah mendapat akibat baru sadar, mengeluh dan putus asa.
Masalah menjadi masalah jika cara pandang kita salah. Contoh sederhana, bagi orang yang sabar, ulet dan tahan banting amarah orang tidak akan berpengaruh pada dirinya, tapi bagi orang yang lemah mental amarah orang menjadi masalah, menyiksa pikiran dan bathin.
Banyak sesuatu yang jadi masalah lantaran kita sendiri menjadikan hal itu sebagai masalah.
Sekarang ubahlah pikiran dan cara pandang itu agar sesuatu yang muncul tidak dianggap masalah tetapi dihadapi dan diselesaikan.
Jika berhasil melewatinya akan dirasakan manfaatnya..
Saudaraku orang yang lemah mental jika tertimpa hal kecil membuatnya tersiksa dan terkurung, seakan-akan itu masalah besar. Ini menunjukkan bahwa bukan masalahnya yang besar tetapi jiwa kitanya yang kerdil dan lemah.
Sebab itulah Allah mengajarkan agar jangan bersikap tergesa-gesa dalam menghadapi sesuatu tetapi bersikaplah tenang. Bisa jadi sesuatu yang muncul sebagai masalah bagi orang yang tenang justru menjadi hikmah, batu loncatan untuk meraih keuntungan disisi Allah.
Kalo masalah dianggap masalah itu wajar, tapi kita sering menjadikan sesuatu yang tadinya bukan masalah menjadi masalah.
Contoh ada orang yang cintanya diterima tiba-tiba gelisah, seolah-olah punya beban yang menghimpit. Kenapa? Sepele aja sih dia merasa tertekan bathinnya lantaran ingin cerita pada orang bahwa cintanya diterima belum ketemu waktu dan belum ketemu orang!
Aneh kan! Sesuatu yang membahagiakan pun bisa jadi masalah.
Itulah manusia; susah dan senangnya seringkali berkesudahan sama yakni masalah. Diterima dan ditolaknya sama jadi masalah.
Sebab itulah pepatah mengatakan; manusia adalah mahluk yang memiliki sifat SERBA SALAH. Dikasih hujan pengen kemarau, dikasih ke marau ingin hujan, laa Bi Dzaa walaa bi Dzaa; dengan ini salah dengan itu salah. Qutilal insaanu maa akfarah! Sebab itulah Manusia dibinasakan oleh Allah lantaran wataknya begitu, selalu ingkar!. Diberi akal maunya mengikuti hawa nafsu! Diberi petunjuk maunya belok. Dikasih kesenangan melampaui batas. Dikasih kecerdasan sombong, dikasih kedudukan disalah gunakan, dikasih kemampuan, serakah.
Al-Quran sebagai hudan bagi kita yang hidup menawarkan konsep Tarbiyatunnafs; metoda pengendalian diri. Karena itu ‘adhdhuu binnawajid; genggamlah (alquran itu) dengan erat.